Sabtu, 28 November 2009

Perbandingan Antara Dua Buku Mata Kuliah Wajib Linguistik yaitu “The Linguistics Wars” dengan “Chomsky: Ideas and Ideals”.


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam sebuah buku pasti memiliki suatu kelebihan dan kekurangannya,di dalam tugas kali ini akan dibahas mengenai perbandingan dua buah buku mata kuliah wajib linguistic yaitu Chomsky: Ideas and Ideals karya Neil Smith yang diterbitkan pada tahun 1999 .dan The Linguistics Wars karya Randy Allen Harris yang diterbitkan pada tahun 1995.Kita bisa melihat secara langsung bahwa kedua buku tersebut diterbitkan pada tahun yang berbeda ,ada jarak sekitar 5 tahun diantara keduanya,apakah dengan perbedaan tahun terbitnya tersebut dapat menjadi suatu pengaruh perbandingan yang signifikan dalm kualitas penulisannya dalam bidang linguistic

Selain untuk memenuhi tugas mata kuliah manyimak ,perbandingan kedua buku ini dapat menginformasikan kepada kita semua mengenai keunggulannya dan kelemahannya masing-masing.Hal yang dosoroti dalam sebuah penulisanperbandingan ini tidak sebatas pada isi buku, tetapi sistematika, penyajian, gaya bahasa, kecermatan ejaan, diksi,yang tidak berhubungan langsung dengan aspek isi.Bahkan, ilustrasi, tata letak atau hal- hal yang berkenaan dengan teknik percetakan pun bisa dikomentari dan dinilai Selain menilik kelebihan dan kekuranganya,

1.2 Tujuan Penulisan
Tujuan yang ingin dicapai dalam penlisan ini adalah untuk megetahui seberapa besar ketelitian kita dalam bidang menyimak buku,sehingga kita bisa membuat suatu perbandingan mengenai kualitas kedua buku tersebut.
1.3 Rumusan Masalah
1.3.1 Apa yang menjadi kelemahan dan keunggulan dari kedua buku tersebut yaitu Chomsky: Ideas and Ideals karya Neil Smith yang diterbitkan pada tahun 1999 .dan The Linguistics Wars karya Randy Allen Harris?
1.3.2 Bagaimana proses ketelitian menyimak kita sehingga bisa membandingkan kedua buku tersebut?


BAB 2
PEMBAHASAN


2.1 Buku “Chomsky: Ideas and Ideals”

Buku yang memiliki Judul : Chomsky: Ideas and Ideals.adalah suatu buku yang ditulis oleh Neil Smith yang diterbitkan pada tahun 1999 oleh penerbit Cambridge University Press dan memiliki 356 halaman

Sejak kemenangan revolusi Chomsky , yang dikukuhkan dengan tegaknya aliran Linguistik Generatif pada pertengahan dasawarsa 1960-an (Newmeyer 1986), kepeloporan Chomsky di bidang linguistik maupun di bidang filsafat ilmu telah banyak dibicarakan oleh kaum akademisi. Untuk menyebut beberapa contoh, gagasan pembaharuan di bidang linguistik oleh Chomsky dibicarakan ole Lyons dalam Chomsky (1970); tinjauan kritis terhadap pemikiran linguistik Chomsky dihimpun oleh Harman dalam On Noam Chomsky: Critical Essays (1982); dan pengaruh Chomsky di bidang filsafat dikemukakan oleh George dalam Reflections on Chomsky (1989). Mengikuti alur kepustakaan tentang Chomsky, buku Chomsky: Ideas and Ideals yang diresensi ini, sebagaimana disarankan oleh judulnya, mencoba menyarikan dan menjelaskan gagasan-gagasan pokok Chomsky secara kronologis dan analitis, terutama di bidang linguistik dan juga, selayang pandang,di bidang politik.

2.2 Isi Buku

Buku ini terdiri dari 5 bab berikut ini meripakan detail atau kesimpulan dari tiap-tiap bab yaitu:.

2.2.1 Bab I, The Mirror of the Mind

Mengingatkan kita pada ungkapan yang digunakan oleh Chomsky dalam Language and Mind (1968: x):language should be a direct mirror of the mind . Bab ini menegaskan ulang sejumlah tesis utama yang dikemukakan oleh Chomsky dalam periode generatif klasik, atau periode Aspects (1965). Beberapa tesis utama tersebut antara lain competence vs. peformance; innate hypothesis yang dikaitkan dengan esensi dan proses pemerolehan bahasa; dan linguistics as a science, yang pada satu sisi merupakan bagian dari psikologi kognitif dan pada sisi lainnya merupakan bagian dari ilmu pengetahuan alam. Hal-hal baru yang dikemukakan dalam bab ini disarikan dari pemikiran Chomsky yang muncul pada periode generatif mutakhir, atau periode Government and Binding (GB, 1981) dan Minimalism (1995). Dalam periode mutakhir ini dinyatakan bahwa gramatika bersifat moduler. Artinya, kompetensi bahasa yang ada dalam pikiran manusia terdiri dari sejumlah modul, yang masing-masing memiliki prinsip sendiri-sendiri; namun semua modul itu bekerja secara serentak, yang memungkinkan penutur bahasa dapat menghasilkan atau memahami untaian kalimat-kalimat gramatikal. Pembahasan tentang competence vs. performance dikaitkan dengan I-language vs. E-language, atau internal language vs. external language. Kependekan I dalam I-language bukan hanya berarti internal melainkan juga individual dan intensional (bukan intentional). Dalam Linguistik Generatif, diyakini bahwa Ilanguage inilah yang selayaknya merupakan obyek kajian kebahasaan, karena sifatnya yang explicitly psychological dan coherently definable (hlm. 31). Gagasan terpenting dalam periode mutakhir adalah: tujuan utama linguistik ialah menjelaskan hakekat dan prinsip-prinsip Universal Grammar (UG). Dalam buku ini UG didefinisikan secara ringkas dan jelas sebagai the set of linguistic principles we are endowed with at birth in virtue of being human (hlm. 42). Dengan menjelaskan prinsip-prinsip UG inilah Linguistik Generatif berusaha memenuhi persyaratan teoritik utama, yaitu explanatory edequacy atau ketuntasan penjelasan.

2.2.2 .Bab 2, The Linguistic Foundation

Membicarakan landasan pemikiran kebahasaan, terutama yang muncul pada periode mutakhir. Berkaitan dengan knowledge of language, leksikon, yang pada periode klasik menempati posisi marginal, kini mendapatkan posisi sentral. Dalam hubungannya dengan X-bar Theory, konstruksi frasa pada hakekatnya merupakan proyeksi maksimal dari kata isi (content words), terutama verba, nomina, dan adjektiva, berdasarkan fitur sintaktis dan semantis yang terkandung dalam kata isi tersebut. Sedangkan setiap konstruksi klausal merupakan proyeksi maksimal dari kategori I atau Inflection, yang terutama direpresentasikan dalam kalimat oleh verba bantu (Aux) dan kala (tense). Teori GB, yang kini disebut sebagai the Principles and Parameters Approach (Chomsky 1995: 29-30), diulas secara singkat dengan memberikan penjelasan pada komponen-komponen berikut: Binding Theory, Thetha Theory, Case Theory, dan Empty Categories. Sementara itu Teori Minimalis, yang merupakan hasil pemikiran teoritis mutakhir oleh Chomsky, dipandang oleh Smith sebagai revolution in the revolution . Bahkan Smith menyebutnya sebagai Perfect Syntax, yang bercirikan simplicity, naturalness, symmetry, elegance, and economy (hlm. 90).

2.2.3 Bab 3 ,Psychological Reality

Mengingatkan kita pada salah satu artikel klasik oleh Edward Sapir (1933), The Psychological Reality of Phonemes . Lebih ekstrem daripada pemikiran Sapir, konsep realitas psikologis dalam Linguistik Generatif menyarankan adanya pendekatan yang mentalistik serta penguasaan bahasa yang bersifat intuitif atau berupa tacit knowledge. Bertolak dengan the role of intuitions as evidence , Smith menyatakan bahwa psikologi dan linguistik saling terkait oleh titik- temu dalam tiga hal: pemrosesan bahasa, pemerolehan bahasa oleh anak, dan afasia dalam kasus-kasus patologis (hlm. 95). Dengan kata lain, realitas psikologis tidak dapat disamakan dengan data yang objective and observable atau neurophysiologically real . Misalnya, kategori kosong (empty category) dalam sintaksis merupakan salah satu contoh dari kebenaran realitas psikologis; ia dapat dibuktikan secara teoritis tetapi tidak muncul secara empirik dalam suatu ujaran. Singkatnya, a theory is psychologically real if it makes claims of psychological kind and is true (hlm. 97). Pembahasan mengenai realitas psikologis ini juga dimaksudkan sebagai pengukuhan terhadap psikologi kognitif dan sekaligus sebagai penolakan ulang terhadap psikologi behavioris.



2.2.4 .Bab 4 menegaskan posisi filsafat keilmuan Chomsky.

Pada bagian Introduction dinyatakan bahwa Chomsky telah berhasil menghidupkan dan mengukuhkan kembali filsafat Cartesian yang rasionalis; dan dalam bab 4 rasionalisme tersebut dijabarkan menjadi realisme, naturalisme, dan mentalisme. Chomsky is a mentalist in the sense that he is attempting to understand the workings of the human mind within the framework of the natural sciences (hlm. 143). Bab 5 atau bab terakhir dari buku ini, Language and Freedom , membicarakan kepedulian dan komitmen Chomsky terhadap masalah-masalah politik, baik di Amerika Serikat maupun di pentas internasional, serta keberaniannya yang luar biasa untuk menelanjangi pihak yang salah, terutama mereka yang menutupi kebenaran dengan kedok manipulasi-bahasa. Menurut Smith, baik di bidang linguistic maupun di bidang politik, Chomsky selalu berhasil memberikan penjelasan yang tuntas. Namun, tetap harus dibedakan bahwa di bidang pemikiran linguistik yang menonjol adalah explanatory depth, sedangkan di bidang analisis politik yang menonjol adalah descriptive breadth (hlm. 179).

2.3 Kesimpulan buku Chomsky: Ideas and Ideals secara keseluruhan

Buku ini sangat enak dibaca karena tidak terlalu banyak menggunakan istilah-istilah teknis, yang nota bene merupakan jargon dan ciri khas bagi perkembangan teoritis mutakhir dari Linguistik Generatif, Juga cara mengaitkan ide-ide baru dengan sejumlah tesis lama cukup sistematis, disertai dengan contoh-contoh yang memadai. Sayang, fokusperhatian Chomsky yang bergeser dari linguistic competence pada periode generatif klasik ke UG pada periode generatif mutakhir tidak mendapatkan penjelasan yang memuaskan. Padahal, bergesernya perhatian inilah yang mendorong lahirnya Teori GB dan Teori Minimalis. Bab terakhir dari buku ini, yang membicarakan Chomsky sebagai analis politik, memberikan gambaran yang lebih lengkap tentang sosok Chomsky sebagai ilmuwan dan aktivis. Perlu dicatat, untuk dapat sepenuhnya memahami pembahasan tentang linguistik dalam buku ini diperlukan pengetahuan dasar mengenai pemikiran kebahasaan Chomksy selama periode generatif klasik. Bobot kesarjanaan Chomsky serta pengaruhnya di dunia akademis sulit ditimbang dan dinilai secara lumrah. Dalam Introduction disebutkan bahwa (menjelang diterbitkannya buku ini) Chomsky telah menulis sekitar 75 buku, ratusan artikel, dan puluhan ribu surat (hlm. 4). Padahal sebagian besar dari tulisan Chosmky di bidang linguistik merupakan tulisan-tulisan yang berat , sehingga selalu diperlukan penafsiran untuk menyederhanakan ide-ide berat tersebut untuk bisa dicerna oleh khalayak akademisi yang lebih luas. Maka buku Smith ini hadir sebagai salah satu penafsiran terhadap Chomsky. Pengaruh Chomsky yang paling mendalam nampak di bidang linguistik, filsafat, dan psikologi. Namun di samping itu, Chomsky has had a minor but not insignificant effect on a range of disciplines from anthropology to mathematics, from education to literary criticism (hlm. 2). Maka tidak berlebihan jika Smith menyatakan bahwa kebesaran Chomsky sejajar dengan Darwin, Descartes, Einstein, dan Freud. Bahkan beberapa tahun sebelumnya, Pinker (1994) dan Harris (1995) telah menyatakanbahwa Chomsky adalah satu-satunya pemikir yang masih hidup, yang namanya paling banyak dikutip oleh ilmuwan sejagad. Tidak mengherankan pula bila Smith mengatakan, It has been a privilige to work in his [Chomsky s] shadow (ix). Ia juga mengatakan, Chomsky doesn t believe in heroes, but it is not surprising that for many he has become one (hlm. 214). Selanjutnya Smith mengakui, I am happy to admit that Chomsky is a hero for me (hlm. 5). Karena kekagumannya yang begitu mendalam terhadap Chomsky, maka buku Smith ini sama sekali tidak mengandung kritik.

2.4 Buku “The Linguistics Wars”

Secara keseluruhan buku The Linguistics Wars yang ditulis oleh Randy Allen Harris pada tahun 1995 yang diterbitkan oleh Oxford University Press dan memiliki 356 halaman merupakan suatu buku yang membahas suatu pertarungan gagasan dan konflik ideologis yang terjadi dalam ranah bidang kajian linguistic.

2.4.1 Pertarungan gagasan atau konflik ideologis ?

Kebiasaan menjual kata-kata besar di bidang linguistik ternyata terus berlanjut.The Linguistic Wars adalah sebuah judul buku yang gemuruh, dan tentu saja memikat dan bagus untuk dipasarkan (dan ternyata laris), meskipun di luar bidang linguistic peperangan ini nyaris tak terdengar. Judul yang gemuruh ini tentu saja mengingatkan kita pada peristiwa gemuruh lain yang mendahuluinya: the Chomskyan Revolution. Revolusi Chomsky berawal dengan gagasan radikal mengenai teori kebahasaan yang ia kemukakan dalam Syntactic Structures (1957), sebuah buku tipis yang kini menjadi klasik dan monumental. Semula gagasan radikal ini hanya menempati posisi pinggiran. Tetapi kemudian gerakan periferal ini mengambil posisi sentral, mendesak dan menyisihkan dominasi aliran strukturalisme pasca-Bloomfieldian, dan akhirnya muncul dengan kemenangan sebagai aliran baru, Gramatika Transformasi Generatif. Kitab suci aliran baru ini, yang juga buah pena Chomsky, adalah Aspects of the Theory of Syntax (1965). Agak mengherankan, bahwa duapuluh tahun setelah kemenangan Revolusi Chomsky masih dirasa perlu untuk meneriakkan kembali hebatnya revolusi itu misalnya oleh Frederick Newmeyer dalam sebuah artikel berjudul Has there been a Chomskyan Revolution in linguistics? yang diterbitkan dalam jurnal bergengsi Language pada tahun 1986. Tesis the Chomskyan Revolution juga dikukuhkan oleh Newmeyer sebagai judul bab 2 dalam bukunya yang bagus dan terkenal, Linguistic Theory in America (1986). Lalu, tiga dasawarsa setelah kemenangan Revolusi Chomsky, Randy Harris menulis The Linguistics Wars, dengan informasi yang kaya, alur gagasan yang jernih, dan gaya bahasa yang amat memikat perpaduan antara gaya bahasa ilmiah-populer, humor, dan sastra. Buku Newmeyer di atas bertutur seperti novel; sedangkan buku Harris bagaikan bercerita lewat naskah drama yang mengasyikkan. This is intellectual drama crossed with a Shakespearean history play , komentar The Sciences di sampul belakang. Begitu juga Word Ways memberikan pujian serupa, If you want to get a flavor of what modern linguistics is all about, read this book first you can t appreciate the players and their prejudices without this scorecard . The Linguistics Wars? Peperangan linguistik yang mana? Harris memulai ceritanya dengan peran utama linguistik sebagai ilmu, yaitu the study of the links between sound and meaning (hlm. 5). Tentu saja sekarang definisi ini bisa diterima secara luas, setelah makna dibebaskan dari penjaranya oleh linguistik generatif. Perlu diingat bahwa selama era strukturalisme, makna dianggap terlalu pelik untuk dikaji secara ilmiah, sehingga studi tentang makna diharamkan (periksa Bloomfield 1933: 140). Juga perlu dicatat bahwa frasa sound and meaning di atas sekaligus menyarankan urutan kajian. Artinya, dalam mempelajari bahasa, linguistik bergerak dari mengkaji bunyi bahasa menuju makna, dan bukan sebaliknya; karena bunyi bahasa adalah aspek kongkret dari bahasa, sedangkan makna adalah aspek abstraknya. Kajian kebahasaan yang bermula dari 2 bunyi menuju makna ini nampak dengan jelas dalam penelitian terhadap bahasa-bahasa yang belum memiliki sistem tulisan. Kajian semacam ini lazimnya akan menghasilkan secara berurutan fonetik, fonologi, morfologi, sintaksis, dan kemudian semantik dari bahasa tersebut. Setelah kelima cabang linguistik mengenai bahasa itu dikaji dengan saksama, tidak tertutup kemungkinan untuk meletakkan sintaksis pada posisi sentral, dan cabang-cabang kebahasaan lainnya pada posisi periferal, seperti yang lazim dilakukan oleh linguistik generatif. Dalam mengkaji fonetik sampai dengan sintaksis, atau, dari sintaksis sampai ke fonetik (kalau bahasanya sudah diketahui), Chomsky dan para pengikutnya tidak banyak bertentangan pendapat. Tetapi, setelah mengkaji semantik (yang abstrak dan alusif itu), pertentangan pendapat mulai muncul. Ini memang gara-gara kitab suci mereka, Aspects, yang secara terang-terangan menghalalkan studi tentang makna. Seperti dikatakan oleh Newmeyer (1986: 80), Aspects of the Theory of Syntax [...] for a time played the role of the Bible of grammatical theory. An old saying about the Bible (the holy one) is that even the devil could use it for their own purposes . Lalu, setan manakah yang menggunakan Aspects untuk membenarkan tujuan mereka sendiri? Dan apa pula yang menyebabkan setan tersebut berbuat demikian? Bab 4 dari The Linguistics Wars berjudul The Beauty of Deep Structure . Rupanya kecantikan struktur batin inilah yang menggoda sebagian pengikut Chomsky untuk menelusuri makna lebih dalam. Ada baiknya kita lihat lebih dulu konfigurasi teori kebahahasaan yang dikemukakan oleh Aspects, seperti pada diagram 1 berikut. Model ini menjunjukkan bahwa sintaksis menduduki posisi sentral. Dari atas ke bawah (mulai dari phrase structure rules & lexical insertion sampai dengan surface structure), semuanya adalah aspek-aspek sintaksis. Sedangkan semantik, seperti halnya fonetik, hanya diberi phrase structure rules & lexical insertion deep structure semantic interpretation transformational rules surface structure phonetic interpretation



BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan perbandingan kedua buku yaitu antara “Chomsky: Ideas and Ideals” Dan “The Linguistics Wars”

Buku Smith yang berjudul “Chomsky: Ideas and Ideals” ini sama sekali tidak mengandung kritik. Bahkan terkesan adanya pembelaan yang agak berlebihan terhadap semua gagasan Chomsky yang, mungkin sekali, tidak diperlukan oleh ilmuwan sekaliber Chomsky. Di bidang ilmu pengetahuan, tidak-adanya kritik bisa menciptakan fanatisme, dan dapat berujung pada pendewaan ilmu menjadi agama . Untuk tidak terjebak pada fanatisme buta, mereka yang tertarik membaca buku Smith ini perlu mengimbanginya dengan, misalnya, membaca buku Harris (1995), The Linguistics War, untuk dapat melihat potret Chomsky yang lebih lengkap. Akhirnya, terlepas dari pro dan kontra terhadap pemikiran Chomsky, para bahasawan patut merasa senang dan bangga, karena martabat linguistik ikut terangkat dan menjadi lebih terhormat di panggung internasional berkat kebesaran dan karisma Noam Chomksy.

Berbeda dengan buku The Linguistics Wars yang ditulis oleh Randy Allen Harris yang memberikan begitu banyak pertentangan terhadap buku karya Chomsky sebagai contoh Haris mengatakan “Struktur dalam yang dikemukakan Chomsky terlalu dangkal. Jika dalam linguistik generatif terdapat sintaksis generatif dan juga fonologi generatif, mengapa semantik generatif tidak muncul? Istilah (bahasa Inggris) generative itu sendiri memang taksa atau mengandung arti ganda. Dalam satu penafsiran, ia bisa berarti generating/producing , seperti disarankan oleh model diagram alir di atas. Tetapi dalam penafsiran lain, terutama yang dikendaki oleh Chomsky, ia berarti specifying the rules, or making explicit the hidden/implicit rules which constitute the linguistics competence . Maksudnya, membuat jelas dan eksplisit hukum-hukum kebahasaan yang tersembunyi dan membentuk kompetensi bahasa yang bersifat mentalistik”.

Istilah linguistics wars itu sendiri digunakan pertama kali oleh Paul Postal, untuk menunjukkan betapa sengit dan buruknya pertentangan antara kaum (semantik) interpretif , yang dipimpin oleh Chomsky, dan kaum (semantik) generatif , yang dimotori terutama oleh George Lakoff. Agak ironis juga bahwa Chomsky, bapak linguistic generatif itu, pada suatu saat dalam karier ilmiahnya harus berperang melawan para (bekas) muridnya sendiri, yang menamakan diri kaum generatif . Perang itu telah padam pada akhir dasawarsa1970-an, dan Chomsky, seperti dalam revolusinya terdahulu, sekali lagi keluar sebagai pemenang yang gemilang. Kini perang telah usai, dan aliran semantic generatif telah menjadi alharhum. Lalu, mengapa Harris bersusah payah menulis The Lingustics Wars? Dengan buku ini, dia bermaksud meluruskan sejarah yang bengkok. My hope is that linguists will find this book useful, since many of them have a shaky partisan view of their own recent history... (hlm. vii, cetak miring ditambahkan). Lewat alegori Al-Kitab dan setan dalam kutipan di atas, Newmeyer, yang nota bene berpihak pada kubu Chomsky, secara tidak langsung memandang kaum semantik generatif sebagai si setan. Pandangan seperti inilah yang dinilai oleh Harris sebagai a shaky partisan view of their recent history . Kebenaran sejarah adalah kebenaran mengenai rekonstruksi dan interpretasi terhadap peristiwa masa lampau.

Harris, lewat studi pustakanya yang begitu cermat dan mendalam, memang berhasil menguakkan bukan saja hal-hal yang melenceng pada kubu kaum generatif, tetapi juga sisi-sisi buram pada kubu kaum interpretif yang selama ini tak pernah terungkap. Gagasan semacam apakah yang ditawarkan oleh kaum semantik generatif? Dari sepuluh bab dalam buku The Linguistics Wars, empat bab di antaranya membahas secara tuntas sejarah semantik generatif, mulai dari munculnya sampai dengan runtuhnya: Generative Semantics.

Harris menggunakan metafora yang bagus. Semantik generatif adalah sebuah kapal pecah yang karam ke dasar lautan. Jadi, siapa saja yang melihat kapal karam tersebut boleh mengambil apa saja yang bisa diselamatkannya tanpa harus mengucapkan terima kasih kepada siapa pun. Itulah the right of salvage . Dan yang melihat kapal karam itu antara lain adalah kaum interpretif, yang kemudian tanpa ragu-ragu memungut sejumlah gagasan dari sang almarhum tanpa berterima kasih kepadanya. Sejumlah gagasan itu, antara lain, logical form (LF), indexing devices, traces, filters, dan anaphoric pronouns as bound variables yang semuanya kemudian digunakan dalam Government- Binding (GB) Theory. (Edisi sampul tebal (1993) dari buku Harris ini terbit dua tahun sebelum Chomsky menerbitkan The Minimalist Program (1995), teori kebahasaan terakhir yang merupakan revisi bagi teori GB.) Bahkan dalam teori minimalis ini pun istilah-istilah yang berasal dari the right of salvange tersebut tetap dipakai juga tanpa ucapan terima kasih. Di muka telah disebutkan, bahwa The Linguistics Wars bermaksud meluruskan sejarah. Maka menarik untuk kita tanyakan: bagaimana reaksi mereka yang terlibat dalam sejarah tersebut? Atau lebih tepatnya, bagaimana reaksi Chomsky dan Lakoff terhadap buku ini? Ternyata mereka berdua tidak senang. Chomsky mengatakan buku ini memihak pada kaum semantik generatif. Sebaliknya Lakoff mengatakan buku ini memihak pada kaum semantik interpretif. Lalu, bagaimana tanggapan Harris, sebagai pengarang, terhadap sikap Chomsky dan Lakoff tersebut? I am naturally distressed by their negative reactions, but it would have unquestionably been impossible to satisfy both; perhaps by satisfying neither, I am closer to neutrality than either of them believe (hlm. ix). Namun tidak semua pihak tersinggung. Newmeyer, yang lebih dekat pada kaum interpretif dan juga mencatat sejarah konflik ideologis antara kubu interpretif dan kubu generatif (dalam bab 4 dan 5 dari bukunya, Linguistic Theory in America, yang telah disebutkan di depan), mengakui bobot ilmiah serta obyektifitas karya Harris ini. Tanpa ragu-ragu ia mengatakan (seperti dikutip di sampul belakang), Harris writes with erudition and wit and always succeeds in presenting the balanced view of the controversies that have raged in the history of generative grammar. He made me reconsider a number of positions that I have argued for in my own work.
Walaupun banyak dijumpai banya perbedaan dalam kedua buku ini namun pada intinya bkedua buki ini memberikan kita perbandingan-perbandingan yang jelas dan signifikan dalam penjabarannya mengenai linguistic,sehingga buki ini kedua buku ini menjadi bacaan wajib dalam mempelaji mata kuliah lingusitik.

3.2 Saran dan Kritik
Silahkan memberikan saran dan kritik yang membangun kreatifitas penyusun sehingga paenulisan ini akan menjadi suatu karya yang lebih baik lagi dikemudian hari.

DAFTAR PUSTAKA

Chomsky, Noam. 1965. Aspects of the Theory of Syntax. Cambridge, Massachustetts:
The MIT Press.

Smith,Neil. 1999. Chomsky: Ideas and Ideals. Cambridge University Press

Harris, Randy A. 1995. The Linguistics Wars. New York / Oxford: Oxford University
Press.

http://sastra.um.ac.id

www.wikipedia.com

www.google.co.id

1 komentar: